Beberapa waktu terakhir bawang merah menjadi perhatian berkenaan dengan fluktuasi harga, pasokan dan permasalahan bawang merah impor. Kebutuhan akan bawang merah setiap tahunnya terus meningkat, dan diwaktu tertentu akan meningkat tajam. Untuk memperpendek jalur distribusi, pemerintah mengembangkan komoditi ini di luar wilayah produsen utama (Jawa dan Sumatera) diantaranya Kalimantan, Sulawesi dan NTT.
Kalsel memiliki beragam tipologi lahan yang potensial dan sesuai untuk pengembangan komoditi ini, diharapkan nantinya komoditi ini mampu memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perkembangan ekonomi daerah dan sebagai sumber pendapatan serta membuka kesempatan kerja.
Sosialisasi dan pemasyarakatan di Kalsel dilakukan diawal tahun 2012, pelaksanaan demplot di beberapa kabupaten yang potensial dilaksanakan ditahun 2013. Untuk mencapai keberhasilan pengembangang komoditi ini harus mengacu pada kondisi eksisting daerah, sebagai bahan analisa untuk membuat “platform” pengembangan yang terintegras, diantaranya:
Ketersediaan benih, dari analisa usaha lebih dari 50% biaya produksi diperuntukkan bagi benih, oleh karenanya diperlukan produksi dan pengolahan benih sumber sendiri untuk mengurangi ketergantungan benih dari P. Jawa. Jenis yang dipilih harus selektif, pemilihan lahan mendekati dengan kondisi dari daerah varietas asal. Alih teknologi produksi.budidaya, Teknik dan teknologi budidaya serta pasca panen bawang merah belum familiar bagi petani di Kalsel.
Kondisi agroklimat dari segi morfologi dan fisiologi hasil panen kemungkinan bisa terjadi sedikit perbedaan dari deskripsi uji observasi, karena perbedaan mikroklimat. Agro-ekologis. Suatu komodias tentunya mempunyai hama/OPT spesifik, tentunya mempunyai dampak pada ekologi lingkungan. Hama baru akan muncul dan kemungkinan bisa merubah tatanan/komposisi serangan hama yang sudah periodik diketahui petani lokal serta berpengaruh pada komoditas sayuran lain.
Teknologi Budidaya
Syarat Tumbuh
Tanaman bawang merah tumbuh optimal dengan ketinggian 0-400 m dpl, tempat terbuka tanpa naungan dengan pencahayaan kurang lebih 70%, bawang merah memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepor-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentunkan umbi, bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, jenis tanah lempung berpasir, pH 5,5-6,5, drainasi dan serasi dengan baik.
Bawang merah dapat ditanam di lahan pasang surut dengna membuat parit dengna ketinggian befengan atau diatas rata-rata air tanah, bawang merah memerlukan banyak air untuk pertumbuhan tapi tidak suka lahan yang becek atau tergenang.
Untuk lahan darat atau tegalan perlu disipakan sumur mata air dangkal (beje/tabukan) disekitar areal pertanaman untuk penyiraman. Sesuai kondisi iklim di Kalsel pertanaman dapat dilaksanakan pada akhir musim hujan bulan April – Juni dan pada saat musim kemarau bulan Juli – Agustus. Pengolahan Lahan
Lahan Pasang Surut/Sekitar Rawa
Dibuat bendungan arah Timur-Barat dengan lebar 100-175 cm dan panjang sesuai kondisi lahan, jarak antar bedengan 40 – 50 cm, kedalaman parit 50 – 60 cm. Tanah yang telah dicangkul kasar dilakukan pengeringan lebih dulu, untuk meningkatkan kesuburan, pengolahan lahan dilakukan 2-3 kali sehingga gembur dan struktur tanah di bedengan menjadi remah, untuk menaikkan pH dilakukan pengapuran dengan dolomit/kapatan ukuran 1 – 1,5 ton/ha diberikan pada olah tanah pertama.
Lahan Darat
Tanah dibajak/traktor atau dicangkul sedalam 20 -30 cm, kemudian dibuat bedengan setinggi 25-35 cm, lebar 100-150 cm, jarak antar bedengan 40-50 cm. Tanah diolah sampai gembur dan dilakukan pengapuran dengan takaran 0,5 – 1 ton/ha.
Persiapan Benih
Benih yang siap tanam ialah yang telah di simpan selama 2-3 bulan, umbi mempunyai titik-titik tumbuh akar atau telah muncul tunas-tunasnya. Selain itu umbi juga harus berasal dari tanaman yang sehat dan dipanen pada usia tua, yang ditandai dengan warna merah terang dan pada berisi (tidak kisut). Jika umbi terasa lunak atau kurang padat pada saat di pegang, berarti umbi tersebut berasal dari tanaman yang belum terlalu tuda saat dipanen.
Keperluan benih berkisar 0,8 – 1,2 ton/ha tergantung ukuran benih dan jarak tanam. Berat umbi dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: umbi ukuran kecil 2,5 – 5 g, sedang 5 – 7,5 g dan besar > 7,5 g. Untuk benih sebaiknya yang tidak terlalu besar (ukuran sedang). Umbi yang terlalu kecil akan mudah busuk jika ditanam, selain itu bibit yang berukuran kecil akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dan hasilnya sedikit. Umbi yang besar akan menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan sehat namun harganya jauh lebih mahal.
Penanaman
Sebelum ditanam, kulit luar benih yang mengering dan sisa-sisa akarnya harus dibuang. Untuk umbi yang belum bertunas bagian ujung umbi dipotong dengan pisau kuran lebih 1/3 – 1/4 bagian dari panjang umbi. Saat memotong haruslah hati-hati agar tunasnya tidak ikut terpoton. Tujuan dilakukan pemotongan adalah agar umbi tumbuh merata, merangsang tumbuhnya tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang tumbuhnya umbi samping dan mendorong terbentuknya anakan. Sebelum umbi ditanam, luka bekas pemotongan harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pembusukan.
Dibuat lubang-lubang menggunakan penugal kecil jarak tanam 15 x 15 cm atau 15 x 20 cm. Bibit dibenamkan 2/3, pabila terlalu dalam akan mudah mengalami pembusukan. Ujung umbi sedikit ditutup dengan tanah, jika terlalu tebal tanah yang menutupinya akan menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah penanaman selesai, bedengan disiram dengan air, umbi akan terus tumbuh setelah 5-7 hari. Pemupukan
Pupuk Dasar
Pupuk dasar diberikan 3-4 hari sebelum yakni pada olah tanah terakhir, komposisi pupuk berupa: pupuk organik (kotoran ayam) 5 ton/ha, SP-36 300 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan Urea 50 kg/ha. Pemberian Ternik atau Furadan 3G sebanyak 20 – 5- kg/ha untuk nematisida dan hama dalam tanah.
Pupuk Susulan
Pemupukan dilakukan setelah pendangiran atau pembersihan gulma, pemberian pupuk diberikan disela tanaman dengan membuat larikan, pupuk dicampur dan aduk merata. Pemupukan I (15 hari setalah tanam), Komposisi pupuk: Urea 50 kg/ha, KCL sebanyak 100 kg/ha dan ZA 100 kg/ha.Pemupukan II (25 hari setelah tanam), komposisi pupuk: KCL 100 kg/ha dan ZA 300 kg/ha.
Pemeliharaan
Penyiangan dan pembersihan gulma dilakukan 3 kali yakni 2 minggu, 4 mnggu dan 6 minggu setelah tanam.
Penyiraman dilakukan 1-2 hari sekali atau apabila bedengan terlihat kering, penyiraman dilakukan pada bedengan langsung atau sistem leb atau penggenangan parit untuk lahan kering.
Penyiraman dihentikan 10 hari sebelum panen.
Hama dan Penyakit
Hama
Lalat Pengorok Daun (Liriomyza chinencis) penyemprotan pestisida berbahan aktif bensultap, klofenapir dan siromazin
Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hubn) penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif pfofenofos, betasiflutrin, tiodikarb, karbofuran.
Trips (Thrips tabaci Lind dan Thrips pasvisipunus Karny) pengendalian dengan insektisida efektif yang berbahan aktif betaslifturin, piraklos.
Penyakit
Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Hanz)
Bercak Ungu/Trotol (Alternaria porri)
Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)
Penyemprotan dengan fungisida: Dithane M45, Benelate, Antracol dan lainnya.
Panen dan Pascapanen
Panen ditandai dengan 70% daun menguning dan tanaman rebah, daun menguning serta leher umbi telah kosong, umbi tersembul keluar, dan kulit umbi sudah terbentuk (berwarna merah). Umur panen untuk setiap varietas berbeda berkisar antra 60-70 hst.
Panen diusahakan dilakukan saat udara cerah, cara panen dengan mencabut keseluruhan tanaman dan umbi secara hati-hati. Hasil panen diikat 1 – 1,5 kg setiap ikatan, pelayuan atau curing sebelum bawang merah dikeringkan di lahan dengan menjemur 2 -3 hari di bawah terik sinar matahari dengan posisi daun di atas.
Sebelum benih disimpan dilakukan pengeringan 7 – 14 hari di tempat pengeringan hingga sampai kering askip, dengna posisi umbi dan daun dibolak-balik. Untuk mengetahui kesiapan umbi kering askip yaitu menyimpan sedikit contoh dalam kantong plastik putih selama 24 jam, bila sudah tidak ada titik air dalam kantong, berarti sudah mencapai kering askip. Benih disimpan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah pada para-para di gudang pada suhu 25-30 derajat celcius dan kelembapan 60 -80 %.
Kalsel memiliki beragam tipologi lahan yang potensial dan sesuai untuk pengembangan komoditi ini, diharapkan nantinya komoditi ini mampu memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perkembangan ekonomi daerah dan sebagai sumber pendapatan serta membuka kesempatan kerja.
Sosialisasi dan pemasyarakatan di Kalsel dilakukan diawal tahun 2012, pelaksanaan demplot di beberapa kabupaten yang potensial dilaksanakan ditahun 2013. Untuk mencapai keberhasilan pengembangang komoditi ini harus mengacu pada kondisi eksisting daerah, sebagai bahan analisa untuk membuat “platform” pengembangan yang terintegras, diantaranya:
Ketersediaan benih, dari analisa usaha lebih dari 50% biaya produksi diperuntukkan bagi benih, oleh karenanya diperlukan produksi dan pengolahan benih sumber sendiri untuk mengurangi ketergantungan benih dari P. Jawa. Jenis yang dipilih harus selektif, pemilihan lahan mendekati dengan kondisi dari daerah varietas asal. Alih teknologi produksi.budidaya, Teknik dan teknologi budidaya serta pasca panen bawang merah belum familiar bagi petani di Kalsel.
Kondisi agroklimat dari segi morfologi dan fisiologi hasil panen kemungkinan bisa terjadi sedikit perbedaan dari deskripsi uji observasi, karena perbedaan mikroklimat. Agro-ekologis. Suatu komodias tentunya mempunyai hama/OPT spesifik, tentunya mempunyai dampak pada ekologi lingkungan. Hama baru akan muncul dan kemungkinan bisa merubah tatanan/komposisi serangan hama yang sudah periodik diketahui petani lokal serta berpengaruh pada komoditas sayuran lain.
Teknologi Budidaya
Syarat Tumbuh
Tanaman bawang merah tumbuh optimal dengan ketinggian 0-400 m dpl, tempat terbuka tanpa naungan dengan pencahayaan kurang lebih 70%, bawang merah memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepor-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentunkan umbi, bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, jenis tanah lempung berpasir, pH 5,5-6,5, drainasi dan serasi dengan baik.
Bawang merah dapat ditanam di lahan pasang surut dengna membuat parit dengna ketinggian befengan atau diatas rata-rata air tanah, bawang merah memerlukan banyak air untuk pertumbuhan tapi tidak suka lahan yang becek atau tergenang.
Untuk lahan darat atau tegalan perlu disipakan sumur mata air dangkal (beje/tabukan) disekitar areal pertanaman untuk penyiraman. Sesuai kondisi iklim di Kalsel pertanaman dapat dilaksanakan pada akhir musim hujan bulan April – Juni dan pada saat musim kemarau bulan Juli – Agustus. Pengolahan Lahan
Lahan Pasang Surut/Sekitar Rawa
Dibuat bendungan arah Timur-Barat dengan lebar 100-175 cm dan panjang sesuai kondisi lahan, jarak antar bedengan 40 – 50 cm, kedalaman parit 50 – 60 cm. Tanah yang telah dicangkul kasar dilakukan pengeringan lebih dulu, untuk meningkatkan kesuburan, pengolahan lahan dilakukan 2-3 kali sehingga gembur dan struktur tanah di bedengan menjadi remah, untuk menaikkan pH dilakukan pengapuran dengan dolomit/kapatan ukuran 1 – 1,5 ton/ha diberikan pada olah tanah pertama.
Lahan Darat
Tanah dibajak/traktor atau dicangkul sedalam 20 -30 cm, kemudian dibuat bedengan setinggi 25-35 cm, lebar 100-150 cm, jarak antar bedengan 40-50 cm. Tanah diolah sampai gembur dan dilakukan pengapuran dengan takaran 0,5 – 1 ton/ha.
Persiapan Benih
Benih yang siap tanam ialah yang telah di simpan selama 2-3 bulan, umbi mempunyai titik-titik tumbuh akar atau telah muncul tunas-tunasnya. Selain itu umbi juga harus berasal dari tanaman yang sehat dan dipanen pada usia tua, yang ditandai dengan warna merah terang dan pada berisi (tidak kisut). Jika umbi terasa lunak atau kurang padat pada saat di pegang, berarti umbi tersebut berasal dari tanaman yang belum terlalu tuda saat dipanen.
Keperluan benih berkisar 0,8 – 1,2 ton/ha tergantung ukuran benih dan jarak tanam. Berat umbi dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu: umbi ukuran kecil 2,5 – 5 g, sedang 5 – 7,5 g dan besar > 7,5 g. Untuk benih sebaiknya yang tidak terlalu besar (ukuran sedang). Umbi yang terlalu kecil akan mudah busuk jika ditanam, selain itu bibit yang berukuran kecil akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dan hasilnya sedikit. Umbi yang besar akan menghasilkan pertumbuhan yang cepat dan sehat namun harganya jauh lebih mahal.
Penanaman
Sebelum ditanam, kulit luar benih yang mengering dan sisa-sisa akarnya harus dibuang. Untuk umbi yang belum bertunas bagian ujung umbi dipotong dengan pisau kuran lebih 1/3 – 1/4 bagian dari panjang umbi. Saat memotong haruslah hati-hati agar tunasnya tidak ikut terpoton. Tujuan dilakukan pemotongan adalah agar umbi tumbuh merata, merangsang tumbuhnya tunas, mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang tumbuhnya umbi samping dan mendorong terbentuknya anakan. Sebelum umbi ditanam, luka bekas pemotongan harus dikeringkan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pembusukan.
Dibuat lubang-lubang menggunakan penugal kecil jarak tanam 15 x 15 cm atau 15 x 20 cm. Bibit dibenamkan 2/3, pabila terlalu dalam akan mudah mengalami pembusukan. Ujung umbi sedikit ditutup dengan tanah, jika terlalu tebal tanah yang menutupinya akan menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah penanaman selesai, bedengan disiram dengan air, umbi akan terus tumbuh setelah 5-7 hari. Pemupukan
Pupuk Dasar
Pupuk dasar diberikan 3-4 hari sebelum yakni pada olah tanah terakhir, komposisi pupuk berupa: pupuk organik (kotoran ayam) 5 ton/ha, SP-36 300 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan Urea 50 kg/ha. Pemberian Ternik atau Furadan 3G sebanyak 20 – 5- kg/ha untuk nematisida dan hama dalam tanah.
Pupuk Susulan
Pemupukan dilakukan setelah pendangiran atau pembersihan gulma, pemberian pupuk diberikan disela tanaman dengan membuat larikan, pupuk dicampur dan aduk merata. Pemupukan I (15 hari setalah tanam), Komposisi pupuk: Urea 50 kg/ha, KCL sebanyak 100 kg/ha dan ZA 100 kg/ha.Pemupukan II (25 hari setelah tanam), komposisi pupuk: KCL 100 kg/ha dan ZA 300 kg/ha.
Pemeliharaan
Penyiangan dan pembersihan gulma dilakukan 3 kali yakni 2 minggu, 4 mnggu dan 6 minggu setelah tanam.
Penyiraman dilakukan 1-2 hari sekali atau apabila bedengan terlihat kering, penyiraman dilakukan pada bedengan langsung atau sistem leb atau penggenangan parit untuk lahan kering.
Penyiraman dihentikan 10 hari sebelum panen.
Hama dan Penyakit
Hama
Lalat Pengorok Daun (Liriomyza chinencis) penyemprotan pestisida berbahan aktif bensultap, klofenapir dan siromazin
Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hubn) penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif pfofenofos, betasiflutrin, tiodikarb, karbofuran.
Trips (Thrips tabaci Lind dan Thrips pasvisipunus Karny) pengendalian dengan insektisida efektif yang berbahan aktif betaslifturin, piraklos.
Penyakit
Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Hanz)
Bercak Ungu/Trotol (Alternaria porri)
Antraknosa (Collectrotichum gloeospoiroides)
Penyemprotan dengan fungisida: Dithane M45, Benelate, Antracol dan lainnya.
Panen dan Pascapanen
Panen ditandai dengan 70% daun menguning dan tanaman rebah, daun menguning serta leher umbi telah kosong, umbi tersembul keluar, dan kulit umbi sudah terbentuk (berwarna merah). Umur panen untuk setiap varietas berbeda berkisar antra 60-70 hst.
Panen diusahakan dilakukan saat udara cerah, cara panen dengan mencabut keseluruhan tanaman dan umbi secara hati-hati. Hasil panen diikat 1 – 1,5 kg setiap ikatan, pelayuan atau curing sebelum bawang merah dikeringkan di lahan dengan menjemur 2 -3 hari di bawah terik sinar matahari dengan posisi daun di atas.
Sebelum benih disimpan dilakukan pengeringan 7 – 14 hari di tempat pengeringan hingga sampai kering askip, dengna posisi umbi dan daun dibolak-balik. Untuk mengetahui kesiapan umbi kering askip yaitu menyimpan sedikit contoh dalam kantong plastik putih selama 24 jam, bila sudah tidak ada titik air dalam kantong, berarti sudah mencapai kering askip. Benih disimpan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah pada para-para di gudang pada suhu 25-30 derajat celcius dan kelembapan 60 -80 %.
0 comments
Post a Comment